Jumat, 29 Juli 2011

Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
bahwa mobilku hanya titipan-Nya
bahwa rumahku hanya titipan-Nya
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
bahwa putraku hanya titipan-Nya


tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah                     
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
               

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.


Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
    
 
Gusti..
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah..
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"






-W.S. Rendra-

Jumat, 22 Juli 2011

Insya Allah, ada jalan..

Hari ini hanya ingin berbagi sebuah lirik yang saya yakin sudah begitu familiar ditelinga kita semua, lewat senandung merdu Maher Zain, berharap segala penat, lelah dan sesak melebur menjadi sebuah harapan atas janji pasti dari Sang Pemberi kemudahan. Tiap kali mendengar lirik sederhana ini, sungguh hati merasa begitu sejuk, sebab ternyata hanya Allah yang selalu setia bersama kita dalam setiap keadaan, disaat orang lain datang dan pergi dari sisi kita.


(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)


Yakinlah bahwa setiap ujian yang Allah berikan kepada kita, tidak lain karena Allah ingin menjadikan kita pribadi yang kuat dan indah. Dia Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita, maka jangan pernah ragu untuk menjalani peran apapun dalam skenario sempurna milikNya. Sebab bukankah setiap orang memiliki peran masing - masing dalam setiap hidupnya ? Tidak peduli seberapa besar atau kecil peran itu, yang terpenting adalah menjalankan peran tersebut dengan sebaik - baik keikhlasan. Yakinlah, bahwa tidak ada beban tanpa pundak, Allah lah yang Maha Mengetahui batas kemampuan kita dalam memikul beban, maka jika ujian yang dijalani terasa begitu berat, bukankah seharusnya kita bersyukur bahwa ternyata Allah hendak memberikan kita sebuah pundak yang begitu kuat.

-oOo-



lyric : Maher Zain - Insya Allah

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can`t see which way to go
Don`t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insya Allah, Insya Allah you`ll find your way

Everytime you can make one more mistake
You feel you can`t repent
And that its way too late
Your`re so confused,wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame


Don`t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insya Allah, Insya Allah you`ll find your way
Insya Allah, Insya Allah you`ll find your way

Turn to Allah
He`s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don`t let me go astray
You`re the only one that showed me the way,
Showed me the way

Insya Allah, Insya Allah we`ll find the way..



-oOo-


Segala keadaan lambat laun pasti akan berubah dengan izin-Nya, maka jangan pernah merasa sendirian, sebab Allah Maha Melihat segala usaha dan upaya yang kita lakukan, dan membalas segalanya sebesar usaha yang kita lakukan. Bukankah Allah tidak pernah mendzalimi hamba - hamba Nya ? Bukankah Allah tiada pernah menyalahi janji-Nya ?
Percayalaah, Insya Allah ada jalan..

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau bertawakal (QS. Al-Insyiraah : 6-8)







Medan, 22 Juli 2011

ditengah rasa penat dan sesak yang menderu dalam melewati masa-masa skripsi, semoga Allah senantiasa memberikan jalan terbaik dalam menyelesaikannya
Insya Allah, Ada jalan..

-Salam Pena, Ticka . y -

Sabtu, 16 Juli 2011

Episode Pulang Kampung

Sudah lumayan lama saya tak berlabuh di blog ini, kali ini bukanlah karena sok sibuk seperti biasa, hehe melainkan karena kehidupan kampus yang sudah memasuki zona liburan (meskipun seharusnya jatah libur itu tidak pernah ada untuk mereka yang mengaku-ngaku mahasiswa tingkat akhir yang juga katanya sibuk dengan tugas akhir pula, hehe). Seperti biasa, di zona liburan ini, banyak teman-teman kampus, yang kesehariannya tinggal di kos-kosan, kini kembali ke kampung halaman, hmm, bisa dibilang mungkin salah satu alasannya adalah perbaikan gizi, wkekke. 

Nah, bagaimana dengan saya ? saya harus pulang kemana?? saya kan tidak punya kampuung?? 
hahha, meskipun sebagian teman -teman kampus saya berpendapat bahwa setiap hari saya pulang kampung (maklum jarak dari rumah - kampus hampir menyita waktu dan tenaga extra, hehe), tapi sungguh saya belum pernah merasakan pulang kampung yang sebenarnya :(. benarkah saya tidak punya kampung ?? (*sok mendramatisir :D)

Rabu, 15 Juni 2011

album tua untuk 先生

Bermula dari sebuah keinginan mengabadikan setiap moment dan ciptaan Sang Maha Karya yang tak terbilang luar biasa hingga aku tak mampu berucap kecuali "SubhanAllah.. Fa biayyi alaa-i rabbikuma tukadziban ?"


Ini adalah beberapa hasil jepretan amatirku beberapa tahun yang lalu, ah bukan bermaksud untuk show up (loh??) tapi hanya ingin mengabadikan beberapa momen dalam gambar. Tentu sajalah foto - foto ini tak layak disebut seni, tujuannya hanya ingin sejenak mengingat seorang sensei yang telah mengenalkanku pada seni ini, seni yang ia katakan fotografi. :)


Adalah dia, seorang sensei yang bermurah hati memperkenalkanku dalam dunia fotografi, meskipun berulang kali ia katakan padaku bahwa fotografi hanya ia jadikan hobby dalam hidupnya. Namun, rasanya tak berlebihan jika kupanggil ia sensei karena sering sekali aku takjub oleh hasil  jepretannya. Makanya tak heran jika dahulu, tak jarang ia mengkomentari jepretanku  "hah..! apa-apaan ini?  inikah yang kau sebut makro?" tentu saja aku hanya nyengir, belum lagi ketika ia mengatakan " hah, dasar amateur..! fokus pecah..". meskipun demikian pernah juga ia mengatakan hal - hal yang enak didengar seperti "ini lumayan, momentnya pas",  ya meskipun aku tahu pastilah itu hanya bersifat menghibur (tuing2).


sensei, begitulah gelar yang kuberikan kepadanya meskipun tanpa upacara resmi, hehe. Dulu, tak jarang ia bercerita kepadaku tentang ketertarikannya kepada fotografi, dengan senang hatinya pula ia mengajariku bagaimana teknik - teknik yang ia ketahui, disana, di perpustakaan tua itu, ia berikan wejangan singkat dari sebuah buku fotografi. Aku yang pada saat itu hanya terangguk - angguk dibarengi tidak mengerti, akhirnya tenggelam bersama ketertarikannya pada seni itu, aku yang dahulu hanya berada ditingkat penikmat fotografi, akhirnya mulai tak tahu diri menjepret - jepret kamera itu ke segala objek, hehe.


sensei, begitulah kupanggil ia ketika pertama kali kulihat hasil jepretan pertamanya pada sebuah rumput biasa yang kemudian ia sulap menjadi seperti bunga istimewa, kemudian ia katakan "ini teknik makro..!". whoooaa, sat itu aku hanya takjub dalam hati. Ah, aku tahu kalau dia pastilah sangat prihatin melihat hasil - hasil jepretanku, namun ia berbaik hati menyemangatiku, katanya "  hei, yang terpenting adalah orang yang memegang kamera, bukan seberapa bagus kamera yang dipakainya, karena sebuah foto adalah kesatuan dari hatimu, perasaanmu, pikiran dan imajinasimu ". Ah sensei, kau memang  membuatku selalu bersemangat :).


Baiklah, tidak usah terlalu banyak intro, inilah foto - foto yang sedari tadi aku gembor -gemborkan, maafkanlah aku jika ternyata setelah melihat foto -foto ini ternyata anda menderita demam berkepanjangan, hehe.




Hanya rumput












The last








hanya ada aku
mencoba bertahan


Ah, demikian saja lah foto - foto amateur hasil jepretanku kala itu, satu hal yang ku tahu bahwa " sebuah gambar dapat bercerita lebih banyak dari kata yang terbilang" :). Terimakasi sensei, telah mengenalkanku pada seni ini..





selasa, sebelum dhuha
- salam pena, ticka y-

Selasa, 24 Mei 2011

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.
 
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka," ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.

Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah dan hati nurani tak ada lagi.

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU 25% mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka memperkosa.


 Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia." Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"  Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.

Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh bangunan yang dibina dengan susah payah.

Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"


 

Oleh : (Alm) Ustadz Rahmat Abdullah - semoga Allah merahmatinya