Selasa, 15 Maret 2016

New Chapter in My Life

Oh dear my blog, tak terasa cepat saja waktu membawamu ke bulan maret 2016 sebagai tanda berakhirnya tidur panjangmu dalam dunia (yang) maya ini, hehe. Baiklah sekarang mari kita bangkitkan semangat yang dulu pernah meledak meletup dalam menulis apapun yang dirasakan dan dilalui dalam setiap episode ini (meskipun setelah ditilik-tilik lebih banyak cerita curcolnya haha). Abaikan, abaikan saja jari-jari yang terasa kaku ini dalam menari di tombol-tombol hitam dalam merangkai cerita baru kita.

Perubahan tampilan blog ini memang sengaja dibuat sebagai mood booster saya dalam menulis, dengan sentuhan sedikit vintage modern tetapi tidak meninggalkan kesan klasiknya (ceileee, apaan sih). Ya intinya saya ingin membuat perubahan dalam tampilan blog ini, mungkin bisa juga dikatakan memasuki episode baru dimana banyak perubahan menakjubkan dalam hidup yang saya lalui selama ini yang belum sempat diceritakan dalam blog ini, sekaligus berakhirnya blog dengan kesan hitam galau kemaren haha.

Sekilas tentang perubahan dalam hidup saya sendiri, tentunya especially Big Thanks To Allah Swt (Alhamdulillah wa laka Syukr, Robb) karena telah mempertemukan saya kembali dengan belahan jiwa saya, yang dengannya saya berbagi dan menghabiskan sisa episode kehidupan di dunia yang lagi-lagi hanya sebentar saja ini. Alhamdulillah pada tanggal 08 Agustus 2015 kami telah resmi melangsungkan akad nikah. Maka berubahlah episode kehidupan saya dari seorang single menjadi seorang wanita berstatus istri. (Maka nikmat-Mu yang manakah yang dapat kami dustakan? -Ar.Rahman). 


Akad Nikah

Acara resepsi diselenggarakan keesokan harinya ditanggal 09 agustus 2015 dikediaman orang tua saya, dan Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Setelah menikah saya pindah ikut suami ke sebuah kota kecil di sumatera utara, kota Rantauprapat, yang jarak tempuhnya sekitar 6 jam perjalanan menggunakan kereta api dari tempat tinggal saya sebelumnya bersama orangtua.


Resepsi pernikahan dengan adat jawa

Episode dalam hidup pun terus berlanjut, tiga bulan setelah pernikahan alhamdulillah kami dipercaya oleh Allah untuk memegang amanah dari-Nya, dengan positifnya hasil testpack, hampir sulit dipercaya meskipun sudah tiga kali testpack akhirnya suami mengajak saya untuk kontrol ke dokter sp Obgyn, dan memang hasilnya tetap positif dan usia kehamilan saat itu sudah 5 minggu (Alhamdulillah). Senang rasanya membayangkan akan hadir ditengah-tengah kami seorang bayi, tak ada kata yang benar-benar tepat untuk melukiskan kebahagiaan ini.


Usia kehamilan 5 minggu

Dan Oh dear, tibalah saatnya episode trimester awal kehamilan yang saya lalui, dibulan pertama kehamilan saya nyaris tidak merasakan perubahan apapun pada tubuh saya, malah makan semakin rajin nambah #eh. tapi Oh, jangan ditanya setelah masuk ke minggu ke 6 kehamilan ini, bukan hanya nafsu makan saja yang menurun, bahkan nyaris saya kehilangan semangat makan, karena apapun yang saya konsumsi tidak sampai hitungan menit langsung keluar. ditambah lagi saya yang memang punya riwayat penyakit lambung, semakin menjadi-jadi di trimester pertama kehamilan. muntah kuning sudah menjadi langganan sehari-hari, bahkan untuk minum air putih saja pun rasanya sulit sekali, mendadak rasanya berubah entah seperti apa. Belum lagi indera penciuman yang semakin lama semakin tajam setajam sileet hehe, akibatnya saya sering mual dan muntah karena terpicu oleh aroma-aroma yang menusuk, khususnya aroma masakan. 


Usia kehamilan beranjak 9 minggu

Akhirnya berat badan saya turun drastis sebanyak 6 kg di trimester pertama. Dan beruntungnya saya dalam masa-masa itu saya didampingi oleh suami yang penuh perhatian, yang selalu sabar merawat saya dalam masa-masa itu, thanks my love. terimakasih yang tak terhingga juga untuk mama yang telah mendampingi trimester awal kehamilan, maaf ya ma, anakmu selalu saja merepotkan mu semoga Allah membalas segala kebaikan hatimu. Begitupun dengan mama mertua saya, yang merawat saya selayaknya merawat anak perempuannya sendiri, terharu rasanya hati ini.

Daaan Alhamdulillah akhirnya trimester pertama pun berlalu, sekarang kondisi perlahan membaik, saya sudah bisa makan dan minum tanpa muntah lagi, hehe. Saat ini usia kandungan saya sudah memasuki bulan ke-5. Ya Robb, merasakan detak jantungnya menyatu dalam tubuh ini, betapa bahagianyaa (Maka nikmat-Mu yang manakah yang dapat kami dustakan? -Ar.Rahman).Bantu kami ya Allah untuk menjaga Amanah-Mu ini sebaik-baiknya, jadikan kami kelak orang tua sholeh dan sholeha yang mampu membimbingnya mencintai-Mu dan Rasul-Mu (aamiin).

Begitulah sekilas saja untuk beberapa episode yang saya lalui selama tidur panjang blog ini, semoga seterusnya tetap semangat dalam menulis. Karena akan selalu banyak episode dalam hidup saya yang dapat dituangkan dalam tulisan untuk sekedar berbagi pengalaman. 


--oOo--



*Sehat terus yaa anakku sayang, akan ada banyak cerita baru yang kelak akan engkau toreh dalam kehidupan ayah bundamu ini..
** Big Thanks to My Lovely husband, Yudi Darmawan, yang telah memotivasi saya kembali dalam menulis, dan juga telah membantu saya dalam merubah tampilan blog ini hehe.



Senin, 27 April 2015

Cemburu Terbit di Ufuk Cinta

Diantara semua gairah dalam cinta, kecemburuan mungkin sosok yang paling unik. ia bagai api, membuat beku saat tiada, menghangatkan ketika tepat ukurannya, dan membakar saat meraksasa.


Mari kita berterimakasih pada rasa cemburu. karena dengan-nya kita menjadi manusiawi. Atau tak menuntut kekasih yang kita cintai menjadi malaikat. Cemburu mengajari kita bahwa shalihah tak berarti tak bisa marah. 'Aisyah, Radhiyallaahu 'Anha misalnya. Karena cemburu ia pernah berkata kepada suaminya, "engkau ini hanya mengaku-aku Nabi!" Bukan karena ia ragu tentang kenabian suaminya. Hanya karena ia sedang cemburu. Dan cemburu sedang mengajarinya sebuah perasaan. "Jika engkau memang seorang Nabi, saat ini aku tak merasakan keadilanmu. Bukan karena engkau tak adil. Ini hanya perasaanku saja."


Atau pernahkah engkau membayangkan, beristerikan seorang 'Aisyah tak berarti seorang gadis jelita berparas menawan, lincah, cerdas, enerjik, manja, imut-imut dan menyejukkan? Ya, Sang Nabi pernah merasakn bagaimana 'Aisyah membanting pinggan hidangan didepan tamunya. Hidangan itu, hais lezat buatan Shafiyah, telah menerbitkan cemburu 'Aisyah. Dan ia merenggut lalu membantingnya tepat disaat para tamu mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Lalu Sang Nabi hanya tersenyum didepan belalak tamu. Senyum yang diikuti permintaan maaf, "Maafkan.. Ibu kalian sedang cemburu.."

ya, kita sudah belajar tentang cemburu 'Aisyah, betapa kita tahu, cemburu adalah hiasan hati dan pembakar jiwa yang tak mengecualikan orang-orang seperti mereka. Bahkan Allah SWT lebih agung rasa cemburuNya. Dijalan cinta pejuang, begitu mudah rasa cemburu terbit disemua ruas. Tapi dari mereka kita belajar, cemburu, bukan untuk cemburu itu sendiri. Cemburu adalah sekedar letupan gairah di jalan cinta..


**Oleh: Ust. Salim A. Fillah


Ya Allah, jadikan aku imam atas perasaan-perasaan yang ada, sehingga dengannya lah aku dapat menghangatkan yang beku, dan senantiasa menyejukkan dikala terbakar..









Rabu, 18 Februari 2015

Pra-Nikah

Sebuah Kuliah  Singkat tentang per#NIKAH-an oleh Ust Salim A Fillah
1. Dalam isyarat Nabi tentang Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.
2. Maka sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.
3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.
4. Persiapan hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”
5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah.
6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh.
7. Jika kesiapan diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.
8. Izinkan saya membagi Persiapan dalam 5 ranah:
a. Ruhiyah,
b. ‘Ilmiyah,
c. Jasadiyah (Fisik),
d. Maaliyah (Finansial),
e. Ijtima’iyah (Sosial)
9. Persiapan perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.
10. Sebaliknya, ada orang yang Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.
11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan lainnya berpijak pada yang satu ini.
12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan.
13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup.
Begitu berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.
14. Sebelum Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.
15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu.
16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya.
17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua.
18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu
19. Persiapan Ruhiyah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi.
Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.
20. Jika masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.
21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam Nikah. “Apa obsesimu?”
22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?
23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumah tangga & masalah-masalahnya.
24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) Nikah, meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll
25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga
26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat,melainkan maksud baik nan kurang ilmu Nikah
27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi.
28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi Nikah
29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja.
30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi.
31. . Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi.
32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti.
33. Isteri: “Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla.”
Suami: “OK, kita cari pembantu. “
Istri: “O, jadi aku dianggap pembantu?!.”
Suami: “Lho?! “
34. BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai.
35. BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan tak difahami suami.
Istri:” Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus masak!”
36. -> Jawab suami: “Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri”
Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: “Tolong jemput Salma!”
37. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam).
Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar)
38. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius.
Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4
39. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu
40. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian).
41. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa.
42. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?”
43. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!”
-> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya.
44. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!”
-> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar.
45. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!”
-> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P
46. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita.
Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9)
47. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk . Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.
48. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi
49. Pernikahan itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.
50. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang.
51. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus
52. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah
53. Jadi, target persiapan fisik itu 3 tingkatan;
a.PRIMER: sehat & aman penyakit,
b.SEKUNDER: bugar & tangkas,
c.TERSIER: beauty & charm;)
54. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana.
55. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal
56. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami.
57. Ingat & catat: Persiapan finansial sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya.
58. Persiapan finansial bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.
59. Maka memulai pernikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.
60. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.
61. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten;
dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma.
62. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: itu buat kaya (QS 24: 32)
63. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu.
64. Tetapi Allah Maha Kaya, dan menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.
65. Buatlah proyeksi nafkah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)
66. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)
67. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta
68. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup.
69. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS
70. Persiapan yang sering terabai ialah nan kelima ini: Ijtima’iyah (Sosial). Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks secara sosial.
71. Sebuah pernikahan yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.
72. Untuk itu, mereka yang akan me hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.
73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait pernikahan & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.
74. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri.
75. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin menikah dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf
76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll.
77. Pernikahan kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.
78. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga rumah tinggal setelah adl yg plg berhak diundang.
79. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan.
Pr tokoh: datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran.
80. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan.
81. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan.
82. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA
83. Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat.
84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst
85. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst
86. Ringkas kata untuk persiapan sosial ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT



***
Untuk calon imamku, Istrimu kelak adalah wanita akhir zaman yang penuh kekurangan, yang ingin membersamaimu dalam segala kondisi, ajarkanlah kepadaku bagaimana untuk tetap dapat bersyukur, dan bersabarlah jika engkau mendapatiku penuh dengan kekurangan, dan jika kelak engkau dapati sesuatu kelabihan dariku anggaplah itu hadiah dari Allah atas kesabaranmu untuk tetap membimbing aku sebagai makmummu.