Nah, bagaimana dengan saya ? saya harus pulang kemana?? saya kan tidak punya kampuung??
hahha, meskipun sebagian teman -teman kampus saya berpendapat bahwa setiap hari saya pulang kampung (maklum jarak dari rumah - kampus hampir menyita waktu dan tenaga extra, hehe), tapi sungguh saya belum pernah merasakan pulang kampung yang sebenarnya :(. benarkah saya tidak punya kampung ?? (*sok mendramatisir :D)
Dan selidik punya selidik, berdasarkan ringkasan sejarah yang diceritakan emak saya, bahwa kampung nenek saya berada di daerah purworejo (namun sekarang kebanyakan dari anggota keluarga menetap di bandung dan sekitarnya) sedangkan kampung kakek saya ada di daerah kebumen - jawa tengah. emak saya pun mengaku baru sekali pulang kampung kesana, karena dulu almarhum kakekpun memang tak pernah mengajak keluarganya mudik, huhu.
Dan berceritalah emak saya panjang lebar tentang pengalaman beliau mudik untuk kali pertamanya ke kebumen bersama kakak dari emak saya yang selanjutnya akan saya panggil dengan sebutan "uwak", hehe. Boleh dibilang mereka berdua seperti berpetualang begitu, karena memang mereka belum pernah samasekali menginjakkan kaki kesana, hanya bermodal petunjuk buta dari tetangga yang tentunya sudah diatur Allah satu kampung dengan kami, hehe.
Dari cerita emak saya lah saya akhirnya tahu bagaimana kehidupan di kampung sana, yang akhirnya membuat saya sangat ingin sekali datang kesana.
KESEMPATAN ITU AKHIRNYA DATANG..
Alhamdulillah, akhirnya Allah memberikan kesempatan kepada kami sekeluarga untuk merasakan bagaimana rasanya pulang kampung bersama. setelah mendapat kabar dari bude sekitar dua bulan yang lalu bahwa keluarga besar yang ada di Bandung akan melaksanakan resepsi pernikahan sepupu saya pada tanggal 02 juni 2011 dan dilanjut sepupu saya yang lainnya pada tanggal 10 juni 2011, maka jadilah kesempatan itu kami gunakan untuk bersilaturahim, dan diantara hari yang kosong itu, kami gunakan untuk mudik ke kampung kampung halaman.
Jarak dari kebumen - Bandung sekitar 8 jam, namun karena terjebak macet total selama 6 jam saat perjalanan menunggalkan bandung, dan ditambah lagi supir mobil yang kami sewa tidak begitu paham jalan maka jadilah kami hampir satu harian di jalan. tapi tak mengapa, lelah itu rasanya hilang seketika begitu kami sampai di rumah kakek. :)
kumpul bareng |
mereka terlihat mesra :) |
Rumah kakek berada di Desa Sendang Dalem, kecamatan prembun Kabupaten Kebumen. Sebenarnya beliau adalah abang dari kakek saya, sebab kakek saya hanya dua bersaudara, jadi semenjak kakek meninggal duania, hanya tinggal mereka orang tua yang masih tersisa. Semoga Allah melimpahkan kesehatan dan umur yang berkah buat mereka, aamiiin.
Seperti yang diceritakan emak saya sebelumnya, kehidupan di desa ini tergolong sulit. Karena terletak di kaki gunung maka persediaan air sangat kurang, untuk mendapatkan air, maka warga harus memasang pipa air langsung dari mata air pegunungan yang panjangnya berkilo meter, begitupun debit airnya sangat kecil. Itu bagi mereka yang mampu membeli pipa (karena membutuhkan pipa yang panjang, pastilah estimasi biayanya cukup besar). Namun bagi mereka yang sedikit kurang beruntung, mereka harus memikul jerigen air berkilo-kilo meter, dengan kondisi jalan yang naik turun. ya Allah, miris hati melihatnya, mereka yang sudah memasuki usia senja, harus memikul beban seberat itu. Belum lagi ketika melihat mereka harus memikul hasil panen mereka ke pasar yang jaraknya itu jauuh sekali, mereka menjual hasil panennya di pasar Pon yang buka hanya setiap Pon atau sekitar 5 hari sekali. Yah bayangkan saja, berapapun hasil yang mereka dapat hari itu, mau gak mau harus dicukupkan sampai 5 hari berikutnya. Semakin malu saja saya kepadaNya, atas kemudahan-kemudahan dan nikmat nikmat yangdiberikanNya kepada saya, yang sampai saat ini pun belum dapat sepenuhnya saya syukuri dengan sempurna.
saat bertemu salah satu penduduk yang memikul jerigen air |
Maka teringatlah saya dengan sebuah ayat cinta milikNya “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (QS. Ibrahim: 34).
in THE MORNING..
Menikmati suasana pagi di pugunungan merupakan kesempatan yang amat jarang bagi saya, dinginnya udara tak menyurutkan niat saya untuk menjelajah setiap bagian dari desa itu. satu hal yang paling mengagumkan menurut saya adalah keramahan mereka - penduduk desa - pada tamu yang datang di desa mereka. Mereka akan sangat antusias bertanya dengan senyum dan rasa kagum (padahal menurut saya, sayalah yang patut kagum pada mereka). Entahlah, saya begitu merasakan kehangatan dari setiap tatapan dan senyum mereka, benar-benar jauh dari arogansi metropolitan, begitu tulus. Ah, saya jadi ingat kejadian malam sebelumnya ketika kami baru saja tiba sore hari. Pada waktu malam harinya, beberapa warga desa bergilir satu demi satu berdatangan ke rumah kakek, hanya untuk mengabarkan keadaan kepada kami yang mereka anggap tamu jauh dari Sumatera, oh saya jadi ingat ajaran Nabi kita untuk memuliakan tamu :). Ketika malam semakin larut, mata saya sudah tak kuasa menahan kantuk, akhirnya saya dan uwakpun izin tidur duluan menyusul kakak saya yang sudah dari tadi menidurkan anaknya. Tinggallah emak saya seorang diri berbincang-bincang dengan mereka, hehe, tak kebayang bagaimana ngantuknya emak, sebab masih terasa lelah di perjanan sebelumnya. Namun melihat antusias dan keramahan mereka, membuat emak tak tega meninggalkan mereka yang sudah sengaja datang bertamu.
Lanjut dari perjalanan saya menjelajahi pagi di desa sendang dalem, udara masih bener-bener bersih. sayang ketika saya disana, sudah memasuki masa panen, jadi hijaunya sawah tidak begitu mencolok.
kokok si jago mengawali pagi |
in the morning |
Next Trip : WADAS LINTANG
Ini adalah salah satu tempat yang paling membuat saya penasaran ketika mendengar cerita emak, yaitu keberadaan danau buatan ini, atau yang sering disebut waduk. akhirnya saya memutuskan untuk kesana, namun kendalanya lagi lagi soal kenderaan, tidak ada angkutan menuju kesana, kecuali menggunakan motor sendiri. Tapi oh, melihat kondisi jalannya yang hampir jungkir balik itu, tentu saja saya yang bukan valentino rossi pun tiba - tiba menciuut nyalinya. Ternyata kemampuan berkenderaan saya benar-benar belum ada apa-apanya ketika melihat jalan disini. Akhirnya saya mengajak emak saya sebagai partner petualangan saya kali ini.
setelah menurun tajam |
melewati jembatan |
Waduk wadas lintang ini terletak di desa sendang dalem kecamatan prembun kabupaten kebumen. menempati areal seluas ± 147 hektar, yang saya dengar waduk ini waduk terbesar di Asia. Menurut info yang saya dapat dari penduduk sekitar, dahulunya sebelum waduk ini di bendung, ada beberapa desa yang tenggelam. jadi di dalam waduk itu memang dahulunya adalah desa. tapi tentu saja mereka sudah di evakuasi ke daerah lain.
Waduk Wadas Lintang dibangun pada tahun 1976, diresmikan pada tanggal 13 Desember 1986 oleh Presiden Soeharto.
plakat Soeharto |
Debit air waduk yang tidak stabil mengakibatkan tanggul mudah rusak, Sama saat saya kesana, kondisi waduk sedang surut, karena sudah hampir dua bulan tidak turun hujan.
aliran waduk wadas lintang |
PLESIR TO JOGJA..
Awalnya saya juga bingung, apa maksud kata plesir, maklum itu adalah bahasa jawa tingkat tinggi, hehe. Maksud dari plesir adalah jalan - jalan atau berwisata. Ahaa, akhirnya tak sabar rasa hati menginjakkan kaki ke kota pelajar itu, kota Jogjakarta.
Kota jogja hanya sekitar 2 jam setengah saja dari Kebumen (tentu saja dengan asumsi jalanan tidak macet). Maka dari itu, emak saya ingin sekali mengajak kakek dan keluarganya jalan-jalan ke jogja. Karena moment seperti ini belum tahu entah kapan bisa terulang kembali.
Tujuan pertama adalah Borobudur temple. Ternyata oh ternyata, cuaca begitu panaaass di jogja tidak jauh berbeda dengan di medan :D. Belum lagi jalan dari pintu masuk menuju candi jauh sekali, sekitar 2 kilometer mungkin. untung saja ada fasilitas kereta seperti odong - odong kali yaa, hehe. Cukup bayar 5 ribu rupiah saja, maka insya Allah kita akan selamat dari sengatan matahari, hehe. Sebelum masuk kawasan candi, pengunjung wajib mengenakan kain batik yang disediakan oleh petugas. Cara pakainya pun ya bebas - bebas saja, tinggal tunjukkan kreasimu saja, yang penting nyaman dan tidak melorot pastinya, hehe.
kakekku lah yang paling gaya, hehe.. |
Setelah hampir meleleh menaiki candi, maka kami beristirahat sambil mencari tempat makan dan sholat. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke daerah malioboro, tapi sayang sekali tidak banyak yang dapat saya foto dikarenakan baterai kamera sudah low :(. Jadi ketika masuk dikawasan sana, kami hanya berfokus untuk belanjaaa, hehe. Banyak batik cantik dan murah disana, *blinkblink*.
Satu hari di Jogja membuat saya belum puas, insya Allah jika Allah memberi kesempatan dan kesehatan, saya akan lanjutkan petualangan saya bersama rekan setia saya Putri Liyoni Suci, S.Ked. alias ocek, hehe.
Akhirnya, bagian paling berat adalah ketika harus meninggalkan desa itu dan juga keluarga disana, terima kasih ya Allah, akhirnya Engkau pertemukan aku dengan keluarga - keluarga yang begitu tulus cintanya. Semoga Engkau selalu melimpahkan Rahmat dan kasih sayang Mu yang begitu tak terbatas kepada mereka. Allahumma aamiin..
terusik rindu kampunghalaman
ticka.y
-salam pena-
Duh pasti seneng ya akhirnya dapat kesempatan PULANG KAMPUNG, mana bisa PLESIRAN rame-rame (sama lho bahasanya dengan di Palembang, plesir, hehe...)
BalasHapusSemoga Allah selalu melimpahkan Rahmat dan kasih sayang yang sangat tak terbatas kepada Ticka dan keluarga ya... Allahumma aamiin.
Allahumma aamiiin,
BalasHapusmakasih bund doanya,
iya seneng banget bund bisa kumpul dengan keluarga yang belum pernah bertemu sebelumnya, apalagi bisa plesiran bareng.. :)
waaahhhhhhhhhh...
BalasHapuskeren ndut ya foto2nya,,,