Jumat, 07 Oktober 2011

Episode Sang Mujahid #1 : Yahya Ayyash



"Silahkan kau pilih wahai istriku tercinta, melepaskan aku sebagai suamimu atau hidup bersama-sama dengan jihad di dalamnya.."

-Yahya Abdul Latiff Ayyash-





Namanya Yahya Abdul Latiff Ayyash, tapi ia lebih dikenal dengan sebutan Yahya Ayyash, Al-Muhandis, Sang insinyur. Putra terbaik yang pernah dilahirkan oleh tanah raffat, tanah yang melahirkan pejuang palestina. Bagi Israel, nama yang satu ini laksana hantu, begitu menakutkan, tak dapat dideteksi.


Memburu Yahya Ayyash seperti memburu bayang-bayang, terasa ancamannya, tapi bagitu susah mengendus dimana ia menyembunyikan diri. Bahkan seorang Yitzhak Rabin pun pernah begitu khawatir dengan sosok pejuang Palestina yang satu ini, "jangan-jangan, dia sedang duduk bersama kita, di Knesset saat ini."



Sangat wajar ketakutan yang disimpan oleh Rabin, media-media Israel menyebut Yahya Ayyash sebagai lelaki dengan seribu wajah. Ia mampu menyamar menjadi apapun, bisa menyelinap batasan apapun lalu menyiapkan sebuah bom dan dalam hitungan detik merenggut nyawa musuh-musuh Palestina. Berbagai aksi bom syahid yang dirancangnya telah mengguncang Israel. Ada peristiwa Mehola Junction, ada pembantaian di Afula Bus, ada bom di stasiun Pusat Hadera, ada bom di stasiun pusat Handera dan masih banyak lagi aksi-aksi bom yang ia lakukan. Ia pernah merancang 26 bom didalam bus di wilayah Yerusalem. Melakukan 36 pengeboman di bus Egged dan lebih dari dua puluh bom di Ramat. Hitung saja, berapa aksi yang bisa dirancang oelh seorang Yahya. Ia benar - benar menjadi The most notorius person bagi Israel.



Yahya Ayyash, rakyat Palestina mengenangnya sebagai pemuda permata hati tanah itu. Pemuda shaleh yang siap membebaskan sakit hati dan penderitaan Palestina pada penjajah zionis Israel yang telah merenggut tanah dan hak-hak mereka. IA lahir tanggal 22 februari 1966, di Raffat. Laki - laki pertama dari tiga bersaudara dari keluarga yang diberkahi oleh kesyahidan yang ia raih dengan gagah.


Sejak kecil, Yahya Ayyash sudah istimewa. Tak banyak bicara, tapi memiliki kekuatan menghafal Al-Qur'an yang luar biasa. Sejak usia 6 tahun ia telah menghafal Al-Qur'an yang telah ia yakini sebagai panduan hidup yang mulia. Ia tak memiliki minat untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. Sampai-sampai ketika kecil, banyak orang menganggapnya memiliki kelainan jiwa. Dan betul, jiwanya sejak kecil telah lain. Hatinya sejak kecil telah tertawan oleh perjuangannya dan perintah-perintah Islam.


Ia dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi perintah agama. Memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Saat duduk di bangku sekolah, ia tak hanya mempelajari pelajaran yang ia terima, tapi juga menghafalnya. Bahkan ketika duduk di bangku sekolah menengah, ia lulus dengan nilai rata-rata paling tinggi di Palestina saat itu, 92,8.


Pada periode ini sudah muncul bakatnya menyelami bidang elektronika. Sampai setelah lulus sekolah menengah ia melanjutkan kuliah di Birzeit University mengambil jurusan elektronika. Sejak sekolah menengah, ia telah berkenalan dengan gerakan Islam, terutama yang menyulut ide perjuangan Palestina.  


Yahya Ayyash terpikat oleh perjuangan Ikhwanul Muslimin di Raffat yang membangkitkan gairah muslim Palestina menegakkan Islam dalam kehidupan mereka.

Ia terlibat dalam gerakan dakwah di kampus dan ketika lulus dari perguruan tinggi ia menikahi perempuan mulia yang lebih dikenal dalam catatan sejarah dengan panggilan Ummu Barra. Perempuan yang masih terhitung sepupunya sendiri.



Sejak awal menikah dengan Yahya Ayyash, Ummu Barra telah mengetahui keterlibatan suaminya dalam pembebasan tanah suci Palestina. Pada malam - malam pertama, yang seharusnya ia habiskan berdua, Yahya Ayyash kerap pulang ke rumah denga tubuh penuh lumpur dan debu. Ia baru pulang latihan - latihan fisik yang difasilitasi oleh HAMAS. Anak pertamanya adalah barra, dan anak keduanya, lahir dari rahim sang istri dua hari sebelum sang ayah dijemput syahidnya. Karenanya, anak kedua dianugerahi nama seperti nama sang ayah, Yahya Ayyash. Tak hanya anaknya yang kelak mengambil nama Yahya Ayyash sebagai nama kebanggaan, dari Maroko sampai Irak, dari Afghanistan sampai Indonesia, banyak ditemui anak-anak bernama Ayyash karena terinspirasi oleh kisah hidup Yahya Ayyash, Sang Pahlawan Palestina.



Begitu cinta Yahya Ayyash pada jalan yang sudah ditempuhnya, jihad. Sampai - sampai ia pernah mengajukan pilihan yang sangat berat bagi sang istri. Layaknya setiap istri yang mencintai suaminya, Ummu Barra kerap kali merasa resah dengan keselamatanlelaki yang ia cintai. Ia takut sang suami direnggut zionis dan akan berpisah dari diri dan keluarganya. menjewab hal ini Yahya Ayyash malah mengajukan pilihan yang menjadikan cerminan jiwanya.

"Silahkan kau pilih wahai istriku tercinta, melepaskan aku sebagai suamimu atau hidup bersama - sama dengan jihad di dalamnya"


Sebagai seorang istri mujahid yang menjadi musuh nomor satu bagi Israel, tentu pahit getir perjuangan telah ia rasakan. Ketika suami menjadi buron, Ummu Barra dan anaknya, pernah hidup berpindah-pindah. Bahkan, ia tak pernah tinggal di rumah yang sama dalam hitungan lebih dari satu hari. Namun, istrindan anak dari Yahya Ayyash telah menunjukkan jiwa dan darah dari turunan seorang mujahid pilih tanding Palestina.



Suatu ketika, rumah yang ia tumpangi pernah digrebek oleh tentara zionis. Mereka menggeledah setiap inci rumah tempat ia sembunyi. Ummu Barra dan anaknya, terpaksa bersembunyi di dalam lemari rahasia. Lebih dari empat jam keduanya terkunci di dalam lemari. Tak berani menggerakkan kaki, apalagi mengeluarkan suara dan bunyi-bunyi. Bahkan jika bisa, mereka mau menahan napas agar tak terdengar oleh tentara zionis yang sedang mencari.



Dalam keadaan seperti itu, atas izin Allah,  Barra tak mengeluarkan suara sekecil apapun. PAdahal ia hanya seorang anak kecil, yang tentu saja akan menangis dan bersuara ketika disekap di ruang pengap. "Tapi atas izin Allah, Barra tak bersuara, bahkan ia manutup bibir umminya agar tak mengeluarkan suara, padahal usianya baru empat tahun saja," kenang Ummu Barra pada peristiwa mencekam itu. Dan sepanjang waktu itu, didalam hatinya Ummu Barra mengumandangkan doa sekeras-kerasnya, 


"Ya Allah, jadikan anakku sebagai mujahid, seperti Engkau telah menjadikan ayahnya.."


Ketika meletus peristiwa Intifada, Yahya Ayyash mulai merintis cara baru perjuangannya melawan tentara zionis Israel. Dengan kemampuannya dibidang elektronika dan otaknya yang cemerlang, ia mulai mencampur-campur bahan-bahan kimia tertentu unutk merakit bom. Ia belanja di apotek dan pasar obat karena memang peredaran bahan - bahan peledak sudah tidak memungkinkan lagi dipasaran. Kerena rancangan - rancangan itulah ia dijuluki Sang Muhandis, insinyur kematian bagi Zionis.



Yahya Ayyash licin, tak bisa diterka kapan dan dimana ia melakukan aksinya. Ia mampu mnyusup dimanapun musuh berada. Sekali waktu, ia menyamar menjadi orang tua, dikali lain ia menyamar menjadi turis, masuk ke jantung pertahanan Israel, dan melancarkan aksi bomnya. Dalam sekejap pula namanya menjadi nama yang paling menakutkan bagi para Zionis Israel Raya.


Sampai hari ini, banyak penelitian yang mencoba mengetahui ormula apa yang mambuat Yahya Ayyash seperti itu.Beberapa mencatat, formula yang membuat Yahya Ayyash berhasil dalam misi perjuangannya adalah niatnya yang selalu ia cuci bersih. 

Ia tak mencari popularitas, ia tak juga menghendaki kekuasaan. Akidahnya mengajari untuk membela dan memperjuangkan tanah suci yang sedang diduduki Zionis.

Karena kesucian niatnya itu pula ia tak terbujuk oleh dunia, tak pula takkut oleh ancaman yang menimpanya.


Dari hari-hari beratnya, pindah dari satu tempat ke tempat lain, menghindari pemburuan yang dilakukan Zionis, ia masih mengharuskan diri berdiri dimalam sunyi, menegakkan sholat malam menghadap Tuhan Semesta Alam. Ia tak lupa terus menerus mengasah hafalan ayat-ayat suci Al-Qur'an karena dari sanalah ia menemukan kekuatan.


Tak lupa juga ia mengamalkan sifat rahasia yang sangat tinggi. Ia menyembunyikan amal-amalnya dari semua orang yang tak ia kenal, bahkan dari orang - orang dikenalnya. Ia menjaga sesuatu dan menjadikan segalanya rahasia. Bakat diam yang sejak kecil dimilikinya, membantunya untuk tidak bersuara, apalagi menyombongkan diri atas keberhasilan tugas-tugas yang diembannya.


Selain itu, keahlian lain yang ia miliki adalah kemampuan menyamar dan menyembunyikan diri, bahkan ditengah-tengah musuhnya. Sampai hari ini, belum ada pemuda Palestina lain mewarisi kemampuan Yahya Ayyash menyamarkan identitas dirinya. Namun, seperti kata pepatah, setiap awal pasti memiliki akhir. Dan hari bagi Yahya Ayyash tampaknya sudah tiba. Bidadari-bidadari sudah teramat rindu pada dirinya. Dan iapun juga seudah teramat rindu pada Tuhan yang telah menciptakan dirinya dengan segala kemuliaan sebagai manusia.


Peristiwa itu dimulai dari kontak yang dilakukan oleh Yahya Ayyash dengan salah seorang temannya, Usamah Hammad. Ayyash bersembunyi dirumahnya, untuk merancang dan merencanakan aksi-aksi berikutnya. Namun seorang paman dari Usamah Hamad, mengetahui keberadaan Yahya Ayyash. Ia menukar informasi keberadaan Yahya Ayyash demi uang dan harta. Ia bekerja sama dengan jaringan Mossad yang bekerja dibawah kulit rakyat Palestina.



Lalu dimulailah rencana pemusnahan Yahya Ayyash. Pada mulanya Kamal Hammad menawarkan handphone miliknya untuk digunakan oleh sang keponakan. Dua hari setelah itu, sang paman meminta kembali handphone yang dipinjamkannya. Ternyata, ia memberikan handphone tersebut kepada Mossad untuk dipasang bahan peledak didalamnya. Kapan saja diasa tepat, handphone akan diledakkan dari suatu tempat entah dimana.



Setelah dipasang bahan peledak yang sangat canggih, handphone tersebut dikembalikan kepada Usamah Hammad. Sambil meminjamkan, sang paman kembali berpesan barang ini boleh digunakan Yahya Ayyash untuk menghubungi keluarganya dan  membunuh rasa rindu karena sudah lama sekali tak bertemu. Dan benar saja, Yahya Ayyash menggunakannya untuk membuat janji bertemu dengan keluarga yang sudah lama tak dijumpainya.



Pagi itu, matahari belum juga tinggi. ayah Yahya Ayyash menghubungi handphone yang dipegang anaknya untuk memastikan pertemuan dengan keluarganya. Namun belum tuntas kata salam diucapkan, handphone yang menempel ditelinga Yahya Ayyash meledak dengan dahsyatnya. Menghancurkan kepala yang selam ini merancang aksi-aksi mengerikan bagi Zionis di Israel Raya.



Darahnya membasahi bumi Palestina, bumi dan tanah yang diperjuangkannya seumur hidup. Hari itu, tak ada pertemuan antara anak dan orang tua. Tak ada pertemuan antara suami dan istrinya yang sedang hamil tua dan tinggal menunggu hari saja. Tak ada pula pertemuan antara ayah dan anak yang telah sama-sama mewarisi darah jihad. Yang ada adalah, pertemuan antara hamba dengan Khaliknya, pertemuan antara kekasih dan Sang Maha Kekasih. Pertemuan seorang lelaki yang begitu dirindukan bidadari. Dan pertemuan itu, kelak akan menjadi saksi dan akan mempertemukan tujuh puluh manusia yang akan diberi syafaat karena darah syuhada telah menyembur.



Yahya Ayyash, kini telah beristirahat setelah tahun-tahunnya yang berat dalam perjuangan. Kini wajahnya bercahaya, setelah bertahun-tahun berkutat dengan debu dan lumpur di jalan perjuangan. Tanggal 5 januari 1996, ia menghadap Rabbnya meninggalkan anak yang ia cintai, untuk dinanti bertemu kembali.


Yahya Ayyash tak sempat mengelus perut istrinya yang mengandung buah hati. Tak sempat mengusap rambut kepala anaknya, Barra, yang sangat rindu dan sudah bersiap turun di jalan yang sama bersama sang ayah. Ia juga tak sempat memeluk dan mencium tangan kedua orang tuanya.


Dua hari setelah  Yahya Ayyash syahid, tangis terdengar sangat kencang, keluar dari rahim Ummu Barra. Telah lahir anak laki-laki yang memiliki mata seperti ayahnya. Maka iapun diberi nama yang sama dengan sang ayah, Yahya Ayyash bin Yahya Ayyash. Dan tak hanya Yahya Ayyash bin Yahya Ayyash, dipenjuru bumi lainnya, ribuan ibu, bahkan jutaan orang tua, dengan bangga menyematkan nama Ayyash pada bayi - bayi mereka yang menghirup udara pertama dunia. Tentu saja dengan harapan mulia, semoga Allah menjadikan mereka seperti Yahya Ayyash, dimanapun mereka berada. Membaktikan diri dan memberi nyawa untuk membela agama-Nya yang mulia.



*****








 Perjalanan meminang bidadari
Oleh : Herry Nurdi


-Salam Pena, ticka.y- 





Jumat, 29 Juli 2011

Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
bahwa mobilku hanya titipan-Nya
bahwa rumahku hanya titipan-Nya
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
bahwa putraku hanya titipan-Nya


tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah                     
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
               

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.


Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
    
 
Gusti..
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah..
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"






-W.S. Rendra-

Jumat, 22 Juli 2011

Insya Allah, ada jalan..

Hari ini hanya ingin berbagi sebuah lirik yang saya yakin sudah begitu familiar ditelinga kita semua, lewat senandung merdu Maher Zain, berharap segala penat, lelah dan sesak melebur menjadi sebuah harapan atas janji pasti dari Sang Pemberi kemudahan. Tiap kali mendengar lirik sederhana ini, sungguh hati merasa begitu sejuk, sebab ternyata hanya Allah yang selalu setia bersama kita dalam setiap keadaan, disaat orang lain datang dan pergi dari sisi kita.


(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)


Yakinlah bahwa setiap ujian yang Allah berikan kepada kita, tidak lain karena Allah ingin menjadikan kita pribadi yang kuat dan indah. Dia Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita, maka jangan pernah ragu untuk menjalani peran apapun dalam skenario sempurna milikNya. Sebab bukankah setiap orang memiliki peran masing - masing dalam setiap hidupnya ? Tidak peduli seberapa besar atau kecil peran itu, yang terpenting adalah menjalankan peran tersebut dengan sebaik - baik keikhlasan. Yakinlah, bahwa tidak ada beban tanpa pundak, Allah lah yang Maha Mengetahui batas kemampuan kita dalam memikul beban, maka jika ujian yang dijalani terasa begitu berat, bukankah seharusnya kita bersyukur bahwa ternyata Allah hendak memberikan kita sebuah pundak yang begitu kuat.

-oOo-



lyric : Maher Zain - Insya Allah

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can`t see which way to go
Don`t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insya Allah, Insya Allah you`ll find your way

Everytime you can make one more mistake
You feel you can`t repent
And that its way too late
Your`re so confused,wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame


Don`t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insya Allah, Insya Allah you`ll find your way
Insya Allah, Insya Allah you`ll find your way

Turn to Allah
He`s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don`t let me go astray
You`re the only one that showed me the way,
Showed me the way

Insya Allah, Insya Allah we`ll find the way..



-oOo-


Segala keadaan lambat laun pasti akan berubah dengan izin-Nya, maka jangan pernah merasa sendirian, sebab Allah Maha Melihat segala usaha dan upaya yang kita lakukan, dan membalas segalanya sebesar usaha yang kita lakukan. Bukankah Allah tidak pernah mendzalimi hamba - hamba Nya ? Bukankah Allah tiada pernah menyalahi janji-Nya ?
Percayalaah, Insya Allah ada jalan..

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau bertawakal (QS. Al-Insyiraah : 6-8)







Medan, 22 Juli 2011

ditengah rasa penat dan sesak yang menderu dalam melewati masa-masa skripsi, semoga Allah senantiasa memberikan jalan terbaik dalam menyelesaikannya
Insya Allah, Ada jalan..

-Salam Pena, Ticka . y -

Sabtu, 16 Juli 2011

Episode Pulang Kampung

Sudah lumayan lama saya tak berlabuh di blog ini, kali ini bukanlah karena sok sibuk seperti biasa, hehe melainkan karena kehidupan kampus yang sudah memasuki zona liburan (meskipun seharusnya jatah libur itu tidak pernah ada untuk mereka yang mengaku-ngaku mahasiswa tingkat akhir yang juga katanya sibuk dengan tugas akhir pula, hehe). Seperti biasa, di zona liburan ini, banyak teman-teman kampus, yang kesehariannya tinggal di kos-kosan, kini kembali ke kampung halaman, hmm, bisa dibilang mungkin salah satu alasannya adalah perbaikan gizi, wkekke. 

Nah, bagaimana dengan saya ? saya harus pulang kemana?? saya kan tidak punya kampuung?? 
hahha, meskipun sebagian teman -teman kampus saya berpendapat bahwa setiap hari saya pulang kampung (maklum jarak dari rumah - kampus hampir menyita waktu dan tenaga extra, hehe), tapi sungguh saya belum pernah merasakan pulang kampung yang sebenarnya :(. benarkah saya tidak punya kampung ?? (*sok mendramatisir :D)

Rabu, 15 Juni 2011

album tua untuk 先生

Bermula dari sebuah keinginan mengabadikan setiap moment dan ciptaan Sang Maha Karya yang tak terbilang luar biasa hingga aku tak mampu berucap kecuali "SubhanAllah.. Fa biayyi alaa-i rabbikuma tukadziban ?"


Ini adalah beberapa hasil jepretan amatirku beberapa tahun yang lalu, ah bukan bermaksud untuk show up (loh??) tapi hanya ingin mengabadikan beberapa momen dalam gambar. Tentu sajalah foto - foto ini tak layak disebut seni, tujuannya hanya ingin sejenak mengingat seorang sensei yang telah mengenalkanku pada seni ini, seni yang ia katakan fotografi. :)


Adalah dia, seorang sensei yang bermurah hati memperkenalkanku dalam dunia fotografi, meskipun berulang kali ia katakan padaku bahwa fotografi hanya ia jadikan hobby dalam hidupnya. Namun, rasanya tak berlebihan jika kupanggil ia sensei karena sering sekali aku takjub oleh hasil  jepretannya. Makanya tak heran jika dahulu, tak jarang ia mengkomentari jepretanku  "hah..! apa-apaan ini?  inikah yang kau sebut makro?" tentu saja aku hanya nyengir, belum lagi ketika ia mengatakan " hah, dasar amateur..! fokus pecah..". meskipun demikian pernah juga ia mengatakan hal - hal yang enak didengar seperti "ini lumayan, momentnya pas",  ya meskipun aku tahu pastilah itu hanya bersifat menghibur (tuing2).


sensei, begitulah gelar yang kuberikan kepadanya meskipun tanpa upacara resmi, hehe. Dulu, tak jarang ia bercerita kepadaku tentang ketertarikannya kepada fotografi, dengan senang hatinya pula ia mengajariku bagaimana teknik - teknik yang ia ketahui, disana, di perpustakaan tua itu, ia berikan wejangan singkat dari sebuah buku fotografi. Aku yang pada saat itu hanya terangguk - angguk dibarengi tidak mengerti, akhirnya tenggelam bersama ketertarikannya pada seni itu, aku yang dahulu hanya berada ditingkat penikmat fotografi, akhirnya mulai tak tahu diri menjepret - jepret kamera itu ke segala objek, hehe.


sensei, begitulah kupanggil ia ketika pertama kali kulihat hasil jepretan pertamanya pada sebuah rumput biasa yang kemudian ia sulap menjadi seperti bunga istimewa, kemudian ia katakan "ini teknik makro..!". whoooaa, sat itu aku hanya takjub dalam hati. Ah, aku tahu kalau dia pastilah sangat prihatin melihat hasil - hasil jepretanku, namun ia berbaik hati menyemangatiku, katanya "  hei, yang terpenting adalah orang yang memegang kamera, bukan seberapa bagus kamera yang dipakainya, karena sebuah foto adalah kesatuan dari hatimu, perasaanmu, pikiran dan imajinasimu ". Ah sensei, kau memang  membuatku selalu bersemangat :).


Baiklah, tidak usah terlalu banyak intro, inilah foto - foto yang sedari tadi aku gembor -gemborkan, maafkanlah aku jika ternyata setelah melihat foto -foto ini ternyata anda menderita demam berkepanjangan, hehe.




Hanya rumput












The last








hanya ada aku
mencoba bertahan


Ah, demikian saja lah foto - foto amateur hasil jepretanku kala itu, satu hal yang ku tahu bahwa " sebuah gambar dapat bercerita lebih banyak dari kata yang terbilang" :). Terimakasi sensei, telah mengenalkanku pada seni ini..





selasa, sebelum dhuha
- salam pena, ticka y-

Selasa, 24 Mei 2011

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.
 
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka," ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.

Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah dan hati nurani tak ada lagi.

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU 25% mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka memperkosa.


 Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia." Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"  Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.

Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh bangunan yang dibina dengan susah payah.

Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"


 

Oleh : (Alm) Ustadz Rahmat Abdullah - semoga Allah merahmatinya

Jumat, 29 April 2011

Sabang Island : Never ending story *part 01

Ini sih cerita liburanku tahun lalu yang belum sempat di posting, sebenernya sudah lama pengen posting tapi gak sempet -sempet (*alasaaan lama, wkekke). ya sudah hari ini aku berbaik hati meluangkan cerita tidak pentingku kepada semuanya yaa. Beneran, ini serius tanpa paksaan dan juga tanpa imbalan, oh betapa baiknya aku ini, haha *preet.

***
adalah kisah dua orang bolang (baca : bocah ilang, hehe) yang  dengan sengaja mendamparkankan diri disebuah tempat yang belum pernah dijelajahi sebelumnya, yaitu di ujung pulau sumatera, sabang namanya (esseeeh, tuit-tuit). Perjalanan dimulai dari sini..


12 juli 2010
 


Setelah berberes - beres dan yakin bahwa semua pelengkapan telah masuk kedalam ransel termasuk bekal makanan yang memang kami masak dari rumah (baca : kosan ocek), maka kami langsung bergerak dengan matic merah yang belum pernah dimandikan itu menuju pelabuhan ulee lhue - banda aceh. Perjalanan menuju Pulau sabang bisa ditempuh dengan 3 cara, yang pertama dengan kapal cepat, kelebihannya kalo kita naek kapal ini , yah namanya juga kapal cepat ya pasti lebih cepat lah nyampe sabang, namun sebagai pertimbangan biayanya juga relatif mahal untuk ukuran ehem2 *berbisik* mahasiswa, haha. Lagipula kalo naek kapal cepat menurutku kurang bisa menikmati view lautnya, bentar aja  udah nyampe aja gituu, makanya kami gak milih naek kapal ini, *bisa aja kalau suruh ngeless, haha*. Yang kedua dengan kapal ferry, kelebihannya sudah pasti lah harganyanya lebih murah dari kapal cepat, dan juga dapat menikmati view lautnya lebih daleemmmm gituu, dan kapal ferry ini adalah kapal yang digunakan untuk mengangkut penumpang beserta kenderaan-kenderaannya, termasuk motor matic yang belum pernah dimandikan itu juga, hehe. Dan  pilihan terakhir yaitu berenang  (hee??), karena si ocek tidak bisa berenang dan aku juga pun ogah untuk berenang maka lupakan cara ini, hehe.

Perjalanan dari pelabuhan ulee lhue menuju ke pulau sabang menghabiskan waktu sekitar 2 jam. syurkurlah, pemandangan diluar begitu menakjubkan, satu hal lagi yang menambah kekagumanku saat berada diatas kapal melintasi laut dengan degradasi warna yang memukau itu, ada sekawanan lumba - lumba yang dengan sengaja beratraksi memamerkan kepiawaiannya untuk menghibur kami dengan ikhlas, ini beneran loh, buktinya mereka tidak meminta saweran setelahnya, hehe. 


Oh ya, sebelumnya kuberitahu kalian, sebenarnya bukan hanya aku dan ocek yang akan berlibur di pulau sabang nanti, aku juga sudah janjian dengan teman-teman kampusku yang mengaku -ngaku  "Si Petuang Sumut", siapa mereka ?? ah itu tidak penting lah sepertinya kan? kan? kan? hehe, nanti sajalah dibahas yang jelas mereka sudah 2 hari berada diperjalanan dari medan menuju banda aceh menggunakan sepeda motornya, ckck, emang dasar nekad mereka. 





setelah 2 jam, Alhamdulillah akhirnya kami bisa menghirup udara sabang. Dan Wow, tahukah kalian, betapa kerennya tempat ini, disepanjang jalan dari pelabuhan menuju kearah kota banyak ditanami bunga - bunga berwarna pink bak sakura yang ada di jepang *hahaha,  aku sadar betapa kampungannya gaya kami sampai-sampai menyangka itu bunga sakura*. begitu melihat disekelilingnya adalah laut yang indddah, maka mulut kamipun tak dapat terkatup bak ikan mas koki yang kurang oksigen, hehe. 


***

Nah, setelah tiba disabang kami segera menghubungi kak lisa, kakak kosan ocek yang sekarang kerja di dinas kesehatan pelabuhan - sabang, tujuannya hanya satu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menumpang dipenginapannya :D (* saat seperti ini menumpang adalah alternatif yang sangat menjanjikan untuk menekan biaya pengeluaran sewaktu diperjalanan, wkekeke). Alhamdulillah kak lisa dengan senang hati memberikan kunci kamarnya kepada kami, berhubung beliau sedang ada kerja diluar kota untuk beberapa hari, ini yang namanya rezeki, hehe. Segeralah kami  menjemput kunci kamar yang dititipkan kpada temen satu kamarnya, setelah mendapat petunjuk dari temen kak lisa dimana lokasi mes nya, kami langsung menuju TKP, tapi  ternyata oh ternyata, tempatnya tak semudah yang kami kira untuk menemukannya, alhasil kamipun sempat salah ketok mes orang lain, *gdubraaakk.


Kota Sabang itu memang kecil, tapi begitu tenang menurutku, kerenlah, lokasinya bener-bener gue banget, *mulai lebai, hahha. Satu hal yang perlu diperhatikan ketika berkeliling -keliling dikota sabangnya, kita harus rajin melihat rambu - rambu yang dipajang dijalan. karena banyak jalan satu arah disana. Karena ini juga pengalaman pahit kami , salah jalan melawan arah, hhh..hampiiir saja *ngos-ngosan. Tapi warga disana sepertinya sudah maklum melihat orang yang melawan arah, dengan gampang mereka memastikan bahwa sipelanggar pastilah wisatawan *ceile, berarti kami wisatawan donk ya? kan ? kan?*. Rasanya seperti tak mau melewati watu begitu saja di pulau ini, setelah menunaikan kewajiban ashar, kamipun berkeliling - keliling  untuk menikmati senja perdana di pulau sabang ini. Lokasi pertama adalah pantai tapak gajah, lokasinya tidak jauh dari mes kami, entahlah kenapa pantai ini bernama tapak gajah, bukan tapak kuda atau tapak ubur - ubur gituu (memang ada??), tapi yang jelas tidak ada tapak kaki gajah disitu apalagi belalainya, hehe.






Menjelang malam, kami pun masih tetap berkeliling - keliling *maklum lagi kemaruk* sholat isya di mesjid agung, sampai akhirnya secara disengaja kami menemukan  rumah salah seorang yang diaku-akui si ocek sebagai saudara di sabang *oh biarlaah*. Dan Tahukah kalian itu artinya apa?? itu artinya kami akan dapat makan malam gratis donk, haha *kejahatan terencana*. Wah, apa kabarnya temen-temen kampusku yaa? akhirnya ku telp mereka, ternyata mereka masih istirahat dijalan, katanya sih Insya Allah besok siang bisa sampe ke banda dan langsung menuju pelabuhan. oh mudah - mudahan mereka tepat waktu dan selamat sampai tujuan, amiin :). 

Oh ya, aku ingat waktu kami masih di kapal tadi siang, kami sempat ngobrol dengan seorang kakak, dia bilang kalau di sabang motor atau kenderaan letakkan aja diluar, insya Allah gak akan hilang, wah *glek* tentu saja kami kaget, masa iya gak ilang, di rumah aja biar kata udah digembok dan ditambah jangkar kapal sekalipun, namanya pencuri tetep aja masih doyang mengintai. Tentu saja kami ragu untuk melakukannya, alhasil jadilah malam itu motor matic yang memang belum sempet dimandiin itu kami dorong - dorong masuk kedalam kamar, dan tahukah kalian teman - teman, begitu teman sekamar kak lisa pulang, dia ketawa melihat perbuatan kami, dengan santainya dia bilang 

sikakak : "ngapain dek kalian bawa masuk kekamar segala?? letakkan aja diluar bila perlu tinggalkan aja kuncinya disitu.." tersenyum manis.

kami : "hah?? masa gak ilang kak?? " saling bertatapan bego'

sikakak : "emang mau dibawa lari kemana sama malingnya? palingan dia bakal muter-muter disini aja, kecuali dia mau terjun kelaut" kali ini sambil menawah tawa.

kami: "....." nyengir. hah, betapa lugu (baca : bego) kami, ya iyalah, sabang itu kan sebuah pulau yang dikelilingi laut. hadeh -hadeeh kenapa gak terpikir sebelumya yaa.. -_-"


***

Keesokkan harinya..


Selagi menunggu "Petualang Sumut" sampai di sabang, tak mungkin rasanya kaki kami ini berdiam diri saja. aku dan ocek kembali berpetualang menuju TeKaPe lain yang sudah di list sewaktu berada dirumah sodaranya tadi malem, tentu saja tempat yang masuk list adalah tempat yang di rekomendasikan oleh mak tlt dan suaminya yang baik hati itu :). TeKaPe pertama adalah anoi itam. anoi itu artinya pasir dan itam itu ya hitaam :D. berarti anoi itam itu berarti pasir hitam.






Ternyata benar saudara - saudara, pasir dipantai ini memang hitam, sama seperti bajuku yang serba hitam, padahal saat itu hari sedang cerah - cerahnya, jadilah bajuku itu menyerap panaassss, nasib :(. Belum lagi si ocek yang tidak kalah gak nyambungnya, dia memakai gamis ungu  khas ibu - ibu wiritan, hohoho. 
Setelah puas menikmati petualangan di anoi itam, tiba - tiba hp ku berdering, ternyata telp dari temen kampusku, dengan sangat menyesal mereka bilang mereka gagal nyampe banda siang hari itu karena motor salah satu dari mereka pake acara ngambek segala, jadilah tak terkejar lagi jadwal penyebrangan ferry hari itu juga, jadi harus nunggu besok. tak lama setelah kututup telp dari mereka, hp ku kembali berdering, kali ini telp datang dari kakakku, ah, kabar burbuknya aku sudah harus sampe ke medan hari kamis karena mereka (keluargaku) mau pergi liburan juga ke padang lanjut ke jawa, hiks :(.

Jadilah hari itu juga, tanpa pikir panjang lebar tinggi dan luas aku memutuskan untuk pergi ke km 0 tanpa menunggu temen - temen kampusku lagi, akhirnya kami hanya berdua saja menuju km 0, karena besok kami  sudah harus kembali ke banda dan rasanya tidak afdhol gituu kalo sudah ke sabang tapi tak mengisi absen ke km 0, hehe.

 -oOo-

Perjalanan menuju Km 0..



Setelah menerima dua kabar yang tak mengenakkan itu, kami berdua langsung menuju TeKaPe selanjutnya, yaitu Km 0, sebuah titik 0 dari kepulauan Indonesia. Jujur kami tidak tahu bagaimana sebenarnya kondisi jalan menuju kesana. tapi kami tetap memberanikan diri menuju kesana, *jiwa petualang mulai terpanggil euy, preet..!*.
Tahukah kalian, bagaimana jalan disana? ya benar, jalannya bagus pisan, aspalnya benar - benar mulus sepanjang jalan, tidak heran memang kalau jalur ini sering dipakai untuk touring genk motor. Tapi tahukah juga kalian kalau jalanan pada saat itu benar - benar sunyi ?? disebelah kanan adalah tebing dan hutan - hutan dan disebelah kiri adalah laut, sedangkan jalanan menanjak naik dan tikungan nya pun lumayan tajam, aku yakin sekali dengan kemampuan belok si ocek dalam mengendarai motor, bisa - bisa habislah nasib kami nyebur di laut bebas, haha. Itulah sebabnya dia dengan tahu diri memilih untuk dibonceng saja. Sunyii.. benar-benar sunyi kala itu, entahlah - mungkin karena memang saat itu bukan akhir pekan atau memang selalu seperti ini-, sempat kecut juga nyali ini, sampai - sampai kalau berpapasan dengan manusia rasanya bahagiaaaa bangeet. 

Sempat juga terfikir untuk berbalik arah, tapi oh sudah kepalang tanggung karena sudah berjalan sekitar 10 km lebih, tapi didalam hati sudah mulai dag dig dug karena bensin motor ternyata sudah sangat minim, sedang tak mungkin rasanya ada SPBU di hutan seperti ini. tiba - tiba aku teringat kata - kata seorang temen yang sudah pernah melewati jalan ini.

aku : "cek, aku ingat temen kampusku pernah bilang sesuatu sama ku" agak gementar
ocek : "bilang apaan ??" mulai tegang
aku : "dia bilang kalo disini banyak monyet dan monyet nya itu tidak bermoral, semakin diusir semakin ngejar katanya.." tiba - tiba kaget melihat pemandangan didepan
      : "cek.. cekk.. lihat itu..!! 
ocek : "iihh.. kek mana nih tik" pucat pasih sambil komat - kamit baca doa
Belum sempat mulut ini selesai ngomong kalo disini banyak monyet, eh tau-taunya tuh - monyet udah pada nongkrong didepan jalanan, rame - rame keroyokan kayak tukang palak di pasar. Gugup bukan maen kami waktu itu, mana bensin udah tinggal nunggu waktunya aja, kalau sempat mogok disaat saat seperti ini, matilah kami. pasti akan sangat tidak menyenangkan jika terdengan kabar " dua orang mahasiswi ditemukan babak belur di keroyok monyet hutan saat hendak menyambangi km 0 indonesia". Appaaa kata duniaaaaaa????

Berbekal bissmillah, ku tarik gas motornya, tak kupedulikan monyet - monyet itu sok akrab memanggil - manggil kami, kutarik semakin kencaaang hingga para monyet - monyet yang tak berperilaku hewani itu pun lari terbirit - birit karena takut jadi korban tabrak lari -maklum kantor polisi juga jauh dari situ, sehingga mereka tak bisa melakukan pengaduan, haha-. Akhirnya kami berhasil melewati rintangan pertama, Hanya saja kami tetap belum mendapatkan tempat penjualan bensin yang dapat melepaskan dahaga si matic merah yang belum pernah dimandiin itu, hehe.

Kami terus memacu gas matic kami hingga sampai di pantai iboih, pantai yang seharusnya sangat indah, namun karena kondisi kami dalam keadaan dilema antara lanjut atau balik, dan under preasure karena bensin nyaris habis, maka kami hanya berekspresi datar menatap tempat seindah ini.


aku : "SubhanAllah, indah ya cek pantainya" menatap kosong kedepan tanpa ekspressi
ocek : "iya indah"  dengan ekspressi yang sangat datarrr



Setelah merenung cukup lama, maka kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke tugu km 0, sambil mencari - cari siapa tahu ada orang yang menjual bensin eceran. Alhamdulillah ternyata tak begitu jauh dari tempat kami istirahat tadi, langsung kami isi full tank motor kami, sambil bertanya pada ibu penjual bensin

kami : "Bu, kira - kira masih jauh gak tugu km 0 dari sini?"
ibu penjual bensin : "Wah masih 12 km lagi dek"
kami : *Glek sama aja jaraknya dengan yang udah kami tempuh
 

Ditengah - tengah percakapan kami, tiba - tiba seorang pemuda nyeletuk ikut nimbrung seolah - olah dia mengira kalau kami ini sedang bergosip dengan ibu - ibu penjual bensin itu.

abang - abang : "ngapain kalian berdua kesana sendiri? bahaya tauuk.."
kami : *saling bertatapan
abang - abang : " tahu gak disana itu jalannya serem dan banyak srigala "
kami : *glek, mendadak teringat kejadian moyet tadi
abang - abang : "hahahhaa" bercanda ding..
kami : "Bang.. baaang, sekarang ini jangankan srigala, melihat kambing aja rasanya udah serem tauuk..! *mengutuk dalam hati
abang - abang :  "ya udah, hati - hati aja kalian naek motornya ya, disana jalannya agak licin " *dengan wajah tanpa dosa

Lagi - lagi kami diterpa dilema tak berkesudahan seperti sedang mengikuti kuis "who wants to be a millioner" antara apakah tetep lanjut atau memilih mundur, sayangnya kami tidak diberikan pilihan bantuan pada saat itu, hiks :(.
 

-oOo-

Nah, bagaimana kelanjutan cerita dua bolang (baca : bocah ilang) ini ??
Apakah mereka tetap melanjutkan perjalanan yang menegangkan bak tersengat listrik rbuan volt ???
ataukah mereka harus rela mengubur dalam - dalam keinginan mereka menapaki tugu km 0 setelah setengah perjalanan terlalui ??? *sok misterius*
 
So, tunggu jawabannya di episode berikutnya, karena saya sudah mengantuk malam ini, hehe.. :D



to be continued..








medan, 29 April 2011
menguap berkali-kali dengan kondisi mata 5 watt
-salam pena, ticka.y-