Jumat, 07 Oktober 2011

Episode Sang Mujahid #1 : Yahya Ayyash



"Silahkan kau pilih wahai istriku tercinta, melepaskan aku sebagai suamimu atau hidup bersama-sama dengan jihad di dalamnya.."

-Yahya Abdul Latiff Ayyash-





Namanya Yahya Abdul Latiff Ayyash, tapi ia lebih dikenal dengan sebutan Yahya Ayyash, Al-Muhandis, Sang insinyur. Putra terbaik yang pernah dilahirkan oleh tanah raffat, tanah yang melahirkan pejuang palestina. Bagi Israel, nama yang satu ini laksana hantu, begitu menakutkan, tak dapat dideteksi.


Memburu Yahya Ayyash seperti memburu bayang-bayang, terasa ancamannya, tapi bagitu susah mengendus dimana ia menyembunyikan diri. Bahkan seorang Yitzhak Rabin pun pernah begitu khawatir dengan sosok pejuang Palestina yang satu ini, "jangan-jangan, dia sedang duduk bersama kita, di Knesset saat ini."



Sangat wajar ketakutan yang disimpan oleh Rabin, media-media Israel menyebut Yahya Ayyash sebagai lelaki dengan seribu wajah. Ia mampu menyamar menjadi apapun, bisa menyelinap batasan apapun lalu menyiapkan sebuah bom dan dalam hitungan detik merenggut nyawa musuh-musuh Palestina. Berbagai aksi bom syahid yang dirancangnya telah mengguncang Israel. Ada peristiwa Mehola Junction, ada pembantaian di Afula Bus, ada bom di stasiun Pusat Hadera, ada bom di stasiun pusat Handera dan masih banyak lagi aksi-aksi bom yang ia lakukan. Ia pernah merancang 26 bom didalam bus di wilayah Yerusalem. Melakukan 36 pengeboman di bus Egged dan lebih dari dua puluh bom di Ramat. Hitung saja, berapa aksi yang bisa dirancang oelh seorang Yahya. Ia benar - benar menjadi The most notorius person bagi Israel.



Yahya Ayyash, rakyat Palestina mengenangnya sebagai pemuda permata hati tanah itu. Pemuda shaleh yang siap membebaskan sakit hati dan penderitaan Palestina pada penjajah zionis Israel yang telah merenggut tanah dan hak-hak mereka. IA lahir tanggal 22 februari 1966, di Raffat. Laki - laki pertama dari tiga bersaudara dari keluarga yang diberkahi oleh kesyahidan yang ia raih dengan gagah.


Sejak kecil, Yahya Ayyash sudah istimewa. Tak banyak bicara, tapi memiliki kekuatan menghafal Al-Qur'an yang luar biasa. Sejak usia 6 tahun ia telah menghafal Al-Qur'an yang telah ia yakini sebagai panduan hidup yang mulia. Ia tak memiliki minat untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. Sampai-sampai ketika kecil, banyak orang menganggapnya memiliki kelainan jiwa. Dan betul, jiwanya sejak kecil telah lain. Hatinya sejak kecil telah tertawan oleh perjuangannya dan perintah-perintah Islam.


Ia dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi perintah agama. Memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Saat duduk di bangku sekolah, ia tak hanya mempelajari pelajaran yang ia terima, tapi juga menghafalnya. Bahkan ketika duduk di bangku sekolah menengah, ia lulus dengan nilai rata-rata paling tinggi di Palestina saat itu, 92,8.


Pada periode ini sudah muncul bakatnya menyelami bidang elektronika. Sampai setelah lulus sekolah menengah ia melanjutkan kuliah di Birzeit University mengambil jurusan elektronika. Sejak sekolah menengah, ia telah berkenalan dengan gerakan Islam, terutama yang menyulut ide perjuangan Palestina.  


Yahya Ayyash terpikat oleh perjuangan Ikhwanul Muslimin di Raffat yang membangkitkan gairah muslim Palestina menegakkan Islam dalam kehidupan mereka.

Ia terlibat dalam gerakan dakwah di kampus dan ketika lulus dari perguruan tinggi ia menikahi perempuan mulia yang lebih dikenal dalam catatan sejarah dengan panggilan Ummu Barra. Perempuan yang masih terhitung sepupunya sendiri.



Sejak awal menikah dengan Yahya Ayyash, Ummu Barra telah mengetahui keterlibatan suaminya dalam pembebasan tanah suci Palestina. Pada malam - malam pertama, yang seharusnya ia habiskan berdua, Yahya Ayyash kerap pulang ke rumah denga tubuh penuh lumpur dan debu. Ia baru pulang latihan - latihan fisik yang difasilitasi oleh HAMAS. Anak pertamanya adalah barra, dan anak keduanya, lahir dari rahim sang istri dua hari sebelum sang ayah dijemput syahidnya. Karenanya, anak kedua dianugerahi nama seperti nama sang ayah, Yahya Ayyash. Tak hanya anaknya yang kelak mengambil nama Yahya Ayyash sebagai nama kebanggaan, dari Maroko sampai Irak, dari Afghanistan sampai Indonesia, banyak ditemui anak-anak bernama Ayyash karena terinspirasi oleh kisah hidup Yahya Ayyash, Sang Pahlawan Palestina.



Begitu cinta Yahya Ayyash pada jalan yang sudah ditempuhnya, jihad. Sampai - sampai ia pernah mengajukan pilihan yang sangat berat bagi sang istri. Layaknya setiap istri yang mencintai suaminya, Ummu Barra kerap kali merasa resah dengan keselamatanlelaki yang ia cintai. Ia takut sang suami direnggut zionis dan akan berpisah dari diri dan keluarganya. menjewab hal ini Yahya Ayyash malah mengajukan pilihan yang menjadikan cerminan jiwanya.

"Silahkan kau pilih wahai istriku tercinta, melepaskan aku sebagai suamimu atau hidup bersama - sama dengan jihad di dalamnya"


Sebagai seorang istri mujahid yang menjadi musuh nomor satu bagi Israel, tentu pahit getir perjuangan telah ia rasakan. Ketika suami menjadi buron, Ummu Barra dan anaknya, pernah hidup berpindah-pindah. Bahkan, ia tak pernah tinggal di rumah yang sama dalam hitungan lebih dari satu hari. Namun, istrindan anak dari Yahya Ayyash telah menunjukkan jiwa dan darah dari turunan seorang mujahid pilih tanding Palestina.



Suatu ketika, rumah yang ia tumpangi pernah digrebek oleh tentara zionis. Mereka menggeledah setiap inci rumah tempat ia sembunyi. Ummu Barra dan anaknya, terpaksa bersembunyi di dalam lemari rahasia. Lebih dari empat jam keduanya terkunci di dalam lemari. Tak berani menggerakkan kaki, apalagi mengeluarkan suara dan bunyi-bunyi. Bahkan jika bisa, mereka mau menahan napas agar tak terdengar oleh tentara zionis yang sedang mencari.



Dalam keadaan seperti itu, atas izin Allah,  Barra tak mengeluarkan suara sekecil apapun. PAdahal ia hanya seorang anak kecil, yang tentu saja akan menangis dan bersuara ketika disekap di ruang pengap. "Tapi atas izin Allah, Barra tak bersuara, bahkan ia manutup bibir umminya agar tak mengeluarkan suara, padahal usianya baru empat tahun saja," kenang Ummu Barra pada peristiwa mencekam itu. Dan sepanjang waktu itu, didalam hatinya Ummu Barra mengumandangkan doa sekeras-kerasnya, 


"Ya Allah, jadikan anakku sebagai mujahid, seperti Engkau telah menjadikan ayahnya.."


Ketika meletus peristiwa Intifada, Yahya Ayyash mulai merintis cara baru perjuangannya melawan tentara zionis Israel. Dengan kemampuannya dibidang elektronika dan otaknya yang cemerlang, ia mulai mencampur-campur bahan-bahan kimia tertentu unutk merakit bom. Ia belanja di apotek dan pasar obat karena memang peredaran bahan - bahan peledak sudah tidak memungkinkan lagi dipasaran. Kerena rancangan - rancangan itulah ia dijuluki Sang Muhandis, insinyur kematian bagi Zionis.



Yahya Ayyash licin, tak bisa diterka kapan dan dimana ia melakukan aksinya. Ia mampu mnyusup dimanapun musuh berada. Sekali waktu, ia menyamar menjadi orang tua, dikali lain ia menyamar menjadi turis, masuk ke jantung pertahanan Israel, dan melancarkan aksi bomnya. Dalam sekejap pula namanya menjadi nama yang paling menakutkan bagi para Zionis Israel Raya.


Sampai hari ini, banyak penelitian yang mencoba mengetahui ormula apa yang mambuat Yahya Ayyash seperti itu.Beberapa mencatat, formula yang membuat Yahya Ayyash berhasil dalam misi perjuangannya adalah niatnya yang selalu ia cuci bersih. 

Ia tak mencari popularitas, ia tak juga menghendaki kekuasaan. Akidahnya mengajari untuk membela dan memperjuangkan tanah suci yang sedang diduduki Zionis.

Karena kesucian niatnya itu pula ia tak terbujuk oleh dunia, tak pula takkut oleh ancaman yang menimpanya.


Dari hari-hari beratnya, pindah dari satu tempat ke tempat lain, menghindari pemburuan yang dilakukan Zionis, ia masih mengharuskan diri berdiri dimalam sunyi, menegakkan sholat malam menghadap Tuhan Semesta Alam. Ia tak lupa terus menerus mengasah hafalan ayat-ayat suci Al-Qur'an karena dari sanalah ia menemukan kekuatan.


Tak lupa juga ia mengamalkan sifat rahasia yang sangat tinggi. Ia menyembunyikan amal-amalnya dari semua orang yang tak ia kenal, bahkan dari orang - orang dikenalnya. Ia menjaga sesuatu dan menjadikan segalanya rahasia. Bakat diam yang sejak kecil dimilikinya, membantunya untuk tidak bersuara, apalagi menyombongkan diri atas keberhasilan tugas-tugas yang diembannya.


Selain itu, keahlian lain yang ia miliki adalah kemampuan menyamar dan menyembunyikan diri, bahkan ditengah-tengah musuhnya. Sampai hari ini, belum ada pemuda Palestina lain mewarisi kemampuan Yahya Ayyash menyamarkan identitas dirinya. Namun, seperti kata pepatah, setiap awal pasti memiliki akhir. Dan hari bagi Yahya Ayyash tampaknya sudah tiba. Bidadari-bidadari sudah teramat rindu pada dirinya. Dan iapun juga seudah teramat rindu pada Tuhan yang telah menciptakan dirinya dengan segala kemuliaan sebagai manusia.


Peristiwa itu dimulai dari kontak yang dilakukan oleh Yahya Ayyash dengan salah seorang temannya, Usamah Hammad. Ayyash bersembunyi dirumahnya, untuk merancang dan merencanakan aksi-aksi berikutnya. Namun seorang paman dari Usamah Hamad, mengetahui keberadaan Yahya Ayyash. Ia menukar informasi keberadaan Yahya Ayyash demi uang dan harta. Ia bekerja sama dengan jaringan Mossad yang bekerja dibawah kulit rakyat Palestina.



Lalu dimulailah rencana pemusnahan Yahya Ayyash. Pada mulanya Kamal Hammad menawarkan handphone miliknya untuk digunakan oleh sang keponakan. Dua hari setelah itu, sang paman meminta kembali handphone yang dipinjamkannya. Ternyata, ia memberikan handphone tersebut kepada Mossad untuk dipasang bahan peledak didalamnya. Kapan saja diasa tepat, handphone akan diledakkan dari suatu tempat entah dimana.



Setelah dipasang bahan peledak yang sangat canggih, handphone tersebut dikembalikan kepada Usamah Hammad. Sambil meminjamkan, sang paman kembali berpesan barang ini boleh digunakan Yahya Ayyash untuk menghubungi keluarganya dan  membunuh rasa rindu karena sudah lama sekali tak bertemu. Dan benar saja, Yahya Ayyash menggunakannya untuk membuat janji bertemu dengan keluarga yang sudah lama tak dijumpainya.



Pagi itu, matahari belum juga tinggi. ayah Yahya Ayyash menghubungi handphone yang dipegang anaknya untuk memastikan pertemuan dengan keluarganya. Namun belum tuntas kata salam diucapkan, handphone yang menempel ditelinga Yahya Ayyash meledak dengan dahsyatnya. Menghancurkan kepala yang selam ini merancang aksi-aksi mengerikan bagi Zionis di Israel Raya.



Darahnya membasahi bumi Palestina, bumi dan tanah yang diperjuangkannya seumur hidup. Hari itu, tak ada pertemuan antara anak dan orang tua. Tak ada pertemuan antara suami dan istrinya yang sedang hamil tua dan tinggal menunggu hari saja. Tak ada pula pertemuan antara ayah dan anak yang telah sama-sama mewarisi darah jihad. Yang ada adalah, pertemuan antara hamba dengan Khaliknya, pertemuan antara kekasih dan Sang Maha Kekasih. Pertemuan seorang lelaki yang begitu dirindukan bidadari. Dan pertemuan itu, kelak akan menjadi saksi dan akan mempertemukan tujuh puluh manusia yang akan diberi syafaat karena darah syuhada telah menyembur.



Yahya Ayyash, kini telah beristirahat setelah tahun-tahunnya yang berat dalam perjuangan. Kini wajahnya bercahaya, setelah bertahun-tahun berkutat dengan debu dan lumpur di jalan perjuangan. Tanggal 5 januari 1996, ia menghadap Rabbnya meninggalkan anak yang ia cintai, untuk dinanti bertemu kembali.


Yahya Ayyash tak sempat mengelus perut istrinya yang mengandung buah hati. Tak sempat mengusap rambut kepala anaknya, Barra, yang sangat rindu dan sudah bersiap turun di jalan yang sama bersama sang ayah. Ia juga tak sempat memeluk dan mencium tangan kedua orang tuanya.


Dua hari setelah  Yahya Ayyash syahid, tangis terdengar sangat kencang, keluar dari rahim Ummu Barra. Telah lahir anak laki-laki yang memiliki mata seperti ayahnya. Maka iapun diberi nama yang sama dengan sang ayah, Yahya Ayyash bin Yahya Ayyash. Dan tak hanya Yahya Ayyash bin Yahya Ayyash, dipenjuru bumi lainnya, ribuan ibu, bahkan jutaan orang tua, dengan bangga menyematkan nama Ayyash pada bayi - bayi mereka yang menghirup udara pertama dunia. Tentu saja dengan harapan mulia, semoga Allah menjadikan mereka seperti Yahya Ayyash, dimanapun mereka berada. Membaktikan diri dan memberi nyawa untuk membela agama-Nya yang mulia.



*****








 Perjalanan meminang bidadari
Oleh : Herry Nurdi


-Salam Pena, ticka.y-